Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan produksi batu bara tahun depan naik menjadi 609 juta ton, naik 59 juta ton dibandingkan tahun ini sebesar 550 juta ton.
Di tahun 2022 produksi juga diproyeksikan akan kembali meningkat menjadi sebesar 618 juta ton, tahun 2023 sebesar 625 juta ton, dan tahun 2024 sebesar 628 juta ton.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaludin mengatakan proyeksi volume batu bara tahun 2020 sampai 2024 dihitung berdasarkan kapasitas produksi perusahaan, kebutuhan pasar dalam negeri, dan pertumbuhan ekonomi.
“Setelah melakukan perhitungan baik demand maupun kebutuhan dalam negeri diputuskan produksi batu bara pada tahun depan sebesar 609 juta ton,” paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Kamis, (27/08/2020).
Sementara untuk proyeksi ekspor tahun 2021 sampai dengan tahun 2024 jumlahnya stagnan sebesar 441 juta ton. Namun angka ini naik dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 395 juta ton. “Proyeksi ekspor dihitung berdasarkan kebutuhan pasar ekspor,” paparnya.
Kemudian untuk proyeksi kebutuhan batu bara domestik tahun 2021 sebesar 168 juta ton, naik 13 juta ton dari tahun ini 155 juta ton. Kemudian tahun 2022 sebesar 177 juta ton, tahun 2023 sebesar 184 juta ton, dan tahun 2024 sebesar 187 juta ton.
“Proyeksi domestik dihitung berdasarkan peningkatan kebutuhan batu bara pada berbagai sektor industri dalam negeri seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), industri, semen, dan smelter,” jelasnya.
Secara rinci rencana kebutuhan batu bara dalam negeri tahun depan untuk PLN membutuhkan 121 juta ton untuk memasok semua PLTU. Lalu, pengolahan dan pemurnian sebesar 16,72 juta ton, sektor pupuk 1,73 juta ton.
Kemudian semen membutuhkan 15,02 juta ton, sektor tekstil membutuhkan 6,54 juta ton, dan sektor kertas 7,11 juta ton.
ton.