Jakarta, CNBC Indonesia – Tren naik harga batu bara masih belum berhenti. Pasca terkoreksi tipis pada akhir perdagangan minggu lalu, harga si batu legam ditutup menguat pada perdagangan awal pekan ini (21/12/2020).
Harga kontrak futures yang aktif diperdagangkan ditutup di US$ 84,7/ton dan menjadi harga penutupan tertinggi baru untuk tahun ini. Harga kontrak tersebut menguat 0,5% dibanding posisi penutupan akhir pekan lalu yang sempat turun ke US$ 84,05/ton.
Salah satu faktor yang membuat harga batu bara Newcastle terus menguat meskipun ada perseteruan antara Australia dengan China adalah ketatnya pasokan di Negeri Panda. Pasokan yang menipis membuat harga batu bara domestik China terbang tinggi.
Data Refinitiv menunjukkan harga batu bara termal acuan Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR kembali meningkat tajam minggu lalu dengan kenaikan mencapai 5,1% ke level RMB 728/ton. Harga tersebut jelas telah melampaui target informal pemerintah yang ditetapkan di RMB 500 – RMB 570/ton.
Otoritas China terus berupaya mendorong peningkatan pasokan domestik untuk menurunkan harga yang tinggi. Bahkan ketika produksi batu bara bulanan nasional mencatat rekor tinggi pada bulan November, pasar batu bara domestik China tetap sangat ketat, dengan harga pada tingkat yang sangat tinggi.
Terlepas dari rekor tingkat produksi yang tinggi di bulan November, harga yang tinggi ini mencerminkan laju pertumbuhan pasokan yang lebih rendah dari laju pertumbuhan permintaan.
Konsumsi batu bara China telah didorong oleh stimulus ekonomi yang dikeluarkan pemerintah untuk meredam dampak pandemi Covid-19 dan musim musim dingin yang lebih dingin dari biasanya.
Produksi batu bara mentah China pada November naik 1,5% pada bulan yang sama tahun lalu menjadi 347 juta metrik ton. Batasan kuota impor batu bara juga telah menyebabkan harga batu bara domestik yang sangat tinggi saat ini di China.
Minggu lalu, media yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa pembatasan impor ini akan dilonggarkan (dengan pengecualian larangan impor batu bara Australia yang sedang berlangsung), dengan harapan dapat menurunkan harga batu bara yang menekan profitabilitas beberapa pembangkit listrik.
Bagaimanapun juga, ketika pasokan di China masih tetap ketat maka prospek batu bara berpeluang meningkat untuk ke depannya dengan catatan permintaannya juga tetap terjaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA