Jakarta, CNBC Indonesia – Produksi batu bara nasional pada kuartal I 2021 mengalami penurunan sebesar 4,12% menjadi 143,69 juta ton dari 149,88 juta ton pada kuartal I 2020.
Padahal, dari sisi harga, harga batu bara pada awal 2021 ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Januari 2021 sebesar US$ 75,84 per ton, lalu melesat menjadi US$ 87,79 per ton pada Februari, dan turun di Maret menjadi US$ 84,47 per ton.
Harga tersebut melonjak bila dibandingkan dengan HBA pada kuartal I 2020, di mana harga pada Januari 2020 hanya berada di level US$ 65,93 per ton, lalu menanjak ke US$ 66,89 per ton pada Februari 2020, dan naik tipis ke US$ 67,08 per ton.
Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, produksi batu bara terlihat lebih tinggi pada Maret 2021 yakni mencapai 49,46 juta ton, meningkat dari Februari yang sebesar 45,70 juta ton dan Januari 48,55 juta ton.
Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan produksi batu bara pada kuartal I 2021 ini malah anjlok di tengah lonjakan harga?
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, turunnya produksi batu bara di kuartal I 2021 dikarenakan faktor cuaca buruk. Seperti diketahui, curah hujan sangat tinggi di awal tahun 2021 ini. Pada pertengahan Januari misalnya, telah terjadi banjir di Provinsi Kalimantan Selatan yang banyak terdapat area pertambangan.
“Sebagian wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) juga banjir. Ini yang berpengaruh terhadap produksi batu bara,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa(04/05/2021).
Penurunan produksi di awal tahun menurutnya sudah menjadi tren dari tahun ke tahun. Menurutnya, biasanya di kuartal I, faktor cuaca menjadi penghambat laju produksi batu bara.
“Jika melihat tren produksi, biasanya di kuartal I di tahun-tahun sebelumnya, tingkat produksi lebih rendah karena memang disebabkan oleh faktor cuaca,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, penurunan produksi tersebut mendorong menguatnya harga komoditas batu bara. Terlebih, lanjutnya, permintaan batu bara di kuartal I cukup tinggi.
“Pasokan dari Australia juga sempat terpengaruh akibat banjir di beberapa wilayah yang memiliki konsesi batu bara,” ujarnya.
Tahun ini pemerintah menargetkan produksi batu bara nasional meningkat menjadi 625 juta ton, bertambah 75 juta ton dari rencana semula 550 juta ton.
(wia)