Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sepanjang 2023 tertekan. Laba PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk kompak mengalami koreksi.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga mengatakan bahwa pada tahun lalu BUMN tambang memang tersengat sentimen global, seperti koreksi harga batu bara dan timah.
Akan tetapi pada tahun kinerja Antam, kata Arya, diperkirakan dapat melaju seiring dengan hilirisasi nikel yang dilakukan perusahaan pelat merah tersebut.
“Kemudian PTBA ya, batu bara sampai hari ini juga batu bara. Bagus ya yang memang yang di Inalum. Nah Inalum, ya kita tahu Inalum juga apalagi dia kapasitas produksi dia udah ini tinggi banget gitu. Jadi orang rebutan sama barang dia gitu,” kata Arya kepada CNBC Indonesia pada Kamis, (4/4/2024).
Kemudian Freeport dan Timah pada tahun lalu tersengat harga timah. Selain itu Freeport juga tengah menyiapkan produksi. “Memang butuh setahun dua tahun. Tapi setelah mulai berproduksi, naik lagi. Apalagi smelter di Gresik itu akan jalan,” jelasnya.
Arya pun berharap, kinerja BUMN tambang ke depannya tetap positif, mengingat pemerintah terus mengupayakan dominasi akan saham-saham perusahaan tambang di Indonesia tersebut.
“Pak Presiden Jokowi aja optimis malah bilang, wah ini makin pede kita ya,” ungkap Arya.
Adapun ANTM membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,07 triliun pada 2023, turun 19,45% secara tahunan (yoy).
Hal itu seiring penjualan yang turun 10,63% yoy menjadi Rp 41,04 triliun.
Lalu, Timah membukukan kerugian Rp 450 miliar pada 2023, turun dari capaian laba bersih selama 2022 yang tercatat mencapai Rp 1,04 triliun.
Direktur Utama TINS Ahmad Dani Virsal mengatakan, rugi bersih sebesar Rp 450 miliar yang dialami perusahaan pada 2023 dipicu karena menurunnya harga timah di pasar dunia, serta penurunan volume produksi bijih dan logam timah.
Dia menjelaskan, harga jual rata-rata timah pada 2023 tercatat “hanya” sebesar US$ 26.583 per metrik ton, turun 16% dari 2022 sebesar US$ 31.474 per metrik ton.
Lalu, PTBA melaporkan laba Rp 6,1 triliun sepanjang 2023, turun lebih dari 100% dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini utamanya disebabkan oleh laba bruto yang merosot 96,19% yoy menjadi Rp 9,16 triliun.
Mengutip laporan keuangan TPBA 2023, laba bruto dari bisnis batu bara perusahaan anjlok 48,27% yoy menjadi Rp 9,05 triliun.