Jakarta, CNN Indonesia — Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyatakan komposisi penggunaan energi fosil di Indonesia masih mendominasi hingga 2050 mendatang. Hal tersebut tertuang dalam target Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Ia mengatakantarget bauran energi terbarukan (EBT) hanya sebesar 31 persen sampai 2050. Sementara, komposisi energi batu bara sebesar 25 persen, minyak bumi 20 persen, dan gas sebesar 24 persen. Dengan demikian, energi fosil masih menjadi andalan dengan porsi 69 persen.
“Sehingga fosil kita masih mendominasi di 2050, ini berdasarkan peraturan pemerintah tentang KEN ya,” kata Djoko dalam diskusi Forum Energizing Indonesia bertajuk Migas & Transisi Energi, Kamis (17/3).
Hal ini berarti Indonesia masih akan bergantung dengan energi fosil hingga 30 tahun ke depan. Menganut politik bebas aktif, Djoko berpendapat pemerintah bebas menggunakan energi dalam negeri sekaligus aktif mengikuti perjanjian dunia di bidang energi.
Salah satu peran Indonesia di global adalah ambil bagian dari Paris Agreement, di mana pemerintah menyanggupi transisi energi menuju EBT dengan target 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050.
Saat ini, realisasi bauran EBT di Indonesia baru 11,7 persen. Hal itu membuat RI dicap sebagai negara paling terbelakang di Asia Tenggara dari sisi transisi energi.
Menurut laporan terbaru International Institute for Sustainable Development (IISD), salah satu faktor yang membuat transisi EBT Indonesia lambat adalah minimnya investasi. IISD mencatat Indonesia hanya menggelontorkan investasi US$1,51 miliar atau sekitar Rp21,69 triliun (kurs Rp14.365 per dolar) untuk pengembangan EBT pada 2021.
Angka tersebut hanya 20 persen dari total investasi yang dibutuhkan setiap tahun sejak 2021-2025. Oleh karena itu, pakar IISD mendesak Indonesia untuk lebih mempermudah mobilisasi investasi swasta dalam pengembangan EBT.
Sebelumnya, Kementerian ESDM memproyeksi Indonesia butuh dana sebesar US$37 miliar untuk mencapai bauran energi hijau sebesar 23 persen pada 2025.
Artinya, Indonesia perlu berinvestasi lebih dari US$8 miliar setiap tahun sejak 2021 sampai 2025 untuk sektor EBT. Namun, pemerintah hanya menargetkan investasi sektor EBT rata-rata US$2,1 miliar per tahun.
(wel/aud)