Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa realisasi produksi batu bara Indonesia hingga September 2024 telah mencapai 593,52 juta ton.
Berdasarkan informasi dari Minerba One Map Indonesia (MODI) Kementerian ESDM per 30 September 2024, realisasi produksi tersebut setidaknya telah mencapai 83,59% dari target produksi tahun ini yang ditetapkan sebesar 710 juta ton.
Adapun, dari total produksi tersebut, kontribusi untuk pasar domestik mencapai 263,43 juta ton, sedangkan untuk pasar ekspor mencapai 298,00 juta ton.
Sebelumnya, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) mengungkapkan target Indonesia untuk memproduksi batu bara hingga level 922 juta ton tahun 2024 ini sulit untuk dicapai. Hal itu mempertimbangkan berbagai aspek yang bisa mempengaruhi produksi batu bara dalam negeri.
Ketua Umum Perhapi, Rizal Kasli mengungkapkan, salah satu hal yang mempengaruhi produksi batu bara di dalam negeri adalah kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Dia mencontohkan beberapa negara termasuk China tengah mengalami kondisi perekonomian yang rendah.
“Contohnya misalnya pertumbuhan China yang menjadi barometer konsumsi batubara saat ini itu sangat rendah di 5% sekian ya,” beber Rizal kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Kamis (29/8/2024).
Ditambah lagi, negara India juga saat ini tengah menggenjot produksi batu baranya. Hal tersebut kemungkinan akan berdampak pada tingkat impor negara tersebut.
“Kemudian juga India dan juga mereka juga meningkatkan produksi dalam negerinya. Sehingga tentu saja impornya bisa mereka kurangi,” tambahnya.
Selain itu, faktor lain yang turut mempengaruhi produksi batu bara di Indonesia salah satunya adalah harga batu bara dunia. “Nah kemudian harga juga ini sangat berpengaruh kepada supply dan demand secara global,” imbuhnya.
Faktor cuaca juga turut mempengaruhi besaran produksi batu bara di Indonesia. Saat ini, beberapa daerah penghasil batu bara di Indonesia tengah mengalami musim hujan yang bisa membuat produksi batu bara menurun.
“Misalnya kita di Aceh itu sudah sangat tinggi curah hujannya sehingga mengganggu produksi. Dan juga di daerah lain, mungkin Sumatera Selatan yang menjadi lumbung batubara kedua di Indonesia di samping Kalimantan. Nah kendala-kendala ini yang menurut kami ini akan mengurangi jumlah produksi yang ditargetkan pemerintah,” ujarnya.
(pgr/pgr)
Sumber: CNBC Indonesia