Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja ciamik berhasil ditorehkan Saham-saham berbasis batu bara pada awal tahun ini seiring kenaikan harga komoditas tersebut di tingkat global.
Pada hari Jumat (10/1/2020), harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle melesat 5,64% pada level US$ 75,85/ton, yang merupakan rekor harga tertinggi sejak 23 Juli 2019.
Hal ini memberi dampak positif bagi saham-saham batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan mendorong indeks sektor pertambangan sejak awal tahun menguat 2,29% sekaligus menjadi sektor paling menguat hingga saat ini.
Pada penutupan sesi I hari ini Senin (13/1), sektor tambang kembali menguat sebesar 0,23%. Dari 19 saham batu bara yang sahamnya aktif ditransaksikan, sebanyak 12 saham menguat, 3 saham melemah dan 4 saham bergerak stagnan.
Saham-saham yang menjadi penggerak karena kapitalisasinya yang besar yakni: PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+1,29%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+3,94%), PT Bukit Asam Tbk/PTBA (1,44%), PT Indika Energy Tbk/INDY (+1,98%), dan PT Bumi Resoures Tbk/BUMI (+2,82%%).
Berikut keterangan selengkapnya terkait pergerakan saham-saham batu bara di bursa efek:
Faktor yang membuat harga batu bara melejit dalam sehari adalah semakin dekatnya tanggal 15 Januari yang bakal jadi tanggal bersejarah bagi Amerika Serikat dan China. Untuk pertama kalinya setelah 18 bulan lebih berseteru, AS dan China akan menandatangani dokumen kesepakatan dagang fase I.
Dokumen yang menjelaskan tentang detail poin kesepakatan dagang tersebut akan dirilis minggu ini. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. “Kami telah melalui proses translasi yang kami pikir ini masalah teknis, dokumen akan di riis minggu ini. Saat hari penandatanganan dokumen berbahasa Inggris akan kami rilis”
Sebelumnya ada keraguan bahwa China akan benar-benar membeli produk pertanian AS lantaran Beijing mencoba mendiversifikasi pembelian kedelai dari Brazil. Namun Mnuchin menegaskan bahwa tak ada yang berubah dalam kesepakatan antara AS dan China.
Reuters melaporkan Mnuchin mengatakan pada Fox News bahwa China masih akan membeli produk pertanian Paman Sam senilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar secara tahunan dan produk AS lain senilai US$ 200 miliar dalam dua tahun.
“Itu (kesepakatan) masih tak berubah. Saya tidak mengetahui dari mana rumor itu beredar,” kata Mnuchin dalam acara Sunday Morning Futures with Maria Batimoro Show.
Sentimen ini tentu memberi tenaga bagi batu bara. Pasalnya saat kedua raksasa ekonomi global tersebut berseteru, aktivitas perdagangan dan manufaktur mengalami perlambatan, bahkan kontraksi. Ini lah yang menyebabkan harga batu bara anjlok 30% pada 2019.
Ketika keduanya punya itikad untuk mengakhiri perseteruan, hal ini jadi kabar baik untuk batu bara lantaran munculnya harapan bahwa aktivitas perdagangan dan manufaktur yang sebelumnya sempat terkontraksi dapat kembali pulih dan mendongkrak permintaan batu bara.
Selain itu, hal lain yang juga memberi tenaga bagi batu bara adalah rata-rata pendapatan kapal tanker terbesar jenis Capesize yang mengangkut batu bara atau bijih besi dengan kapasitas 170.000-180.000 ton mengalami kenaikan US$ 239 menjadi US$ 9.438.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps)