Jakarta, CNBC Indonesia – Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) membeberkan bahwa produksi batu bara di dalam negeri bisa terhambat, salah satunya adalah karena ‘rebutan’ alat berat produksi dengan pengusaha tambang di sektor mineral lainnya.
“Kita berebut alat berat. Memang alat berat yang kecil-kecil itu kebanyakan ada di nikel, pertambangan nikel yang besar-besar biasanya ada di pertambangan batu bara. Tapi kita tetap perlu alat kecil untuk support sehingga ini ketersediaan alat berat menjadi concern,” jelas Deputi Jenderal Sekretaris APBI, F Hary Kristiono dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Kamis (29/8/2024).
Oleh karena itu, Kristiono memprediksi, produksi batu bara dalam negeri diprediksi tidak mencapai target tahun 2024. Bahkan, perusahaan batu bara juga ‘rebutan’ operator dan staf yang kompeten di bidang pertambangan.
Tak hanya itu, produksi batu bara tahun ini tak akan capai target lantaran revisi analisis dampak lingkungan (Amdal) yang dinilai terlalu berlarut-larut. Terakhir, negara China dan India akan menggenjot produksi batu baranya yang bisa mengurangi jumlah impor di negara tersebut.
“China dan India itu produksinya (batu bara) naik. India akan lebih di, memang targetnya adalah 1 miliar (ton) tapi mungkin di angka 900-an (ton). Kemudian China itu sudah di 4,4 miliar ton,” tandasnya.
Diprediksi, produksi batu bara di Indonesia pada tahun 2024 ini ‘hanya’ mencapai 850 juta ton, jauh dari yang ditargetkan sebesar 922 juta ton.
Asal tahu saja, berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi batu bara dalam negeri saat ini sudah mencapai 518,47 juta ton.
(pgr/pgr)