Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara termal Newcastle sepekan ini berbalik menguat dan berupaya mendekati level psikologis US$ 400/ton, di tengah masih panasnya konflik Ukraina-Rusia yang memicu kelangkaan gas dan kenaikan permintaan batu bara.
Pada Jumat (22/7/2022) harga kontrak berjangka teraktif batu bara di pasar New Castle ditutup melompat 6,3% ke US$ 399,05/ton. Sepanjang pekan, posisi penutupan tersebut terhitung lompat 4,88% dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu pada US$ 380,5/ton.
Namun harap dicatat, level penutupan Jumat lalu tersebut masih jauh dari rekor tertinggi sepanjang tahun ini di US$ 446/ton (2/3/2022) sekalipun sepanjang bulan ini harga batu bara terhitung lompat 8,16% dari posisi akhir Mei pada US$ 410,1/ton.
Namun sepanjang kuartal, harga pasir hitam ini telah menguat 58,76% dari posisi akhir Maret di angka US$ 251,35/ton. Sepanjang tahun berjalan, harga batu bara terhitung masih membagikan cuan maksimal dengan melesat hingga 162,97%, dari posisi penutupan Desember tahun lalu yang sebesar US$ 151,75/ton.
Pemicu lonjakan harga batu bara masih seputar kurangnya pasokan gas di Eropa akibat konflik Rusia-Ukraina yang masih berlarut-larut. Akibatnya, negara-negara Eropa pun terpaksa mengaktifkan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mereka.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Lana Saria baru-baru ini mengatakan bahwa Jerman meminta suplai batu bara dari Indonesia.
Dari kebutuhan batu bara Jerman pada 2022 sebanyak 31,5 juta ton, separuh di antaranya direncanakan dipasok dari Rusia. Namun, karena perang Rusia dan Ukraina, Jerman menutup impor batu bara Rusia sebagai bagian dari sanksi ekonomi Uni Eropa (UE).
Di sisi lain, India sebaga negara tujuan ekspor batu bara kedua dunia setelah China juga terus meningkatkan pembelian batu bara di tengah pemulihan ekonomi negara tersebut. Pada 2021 Indonesia mengekspor sekitar 97 juta ton batu bara ke India.
Pada pekan lalu, harga batu bara sempat melemah menyusul ekspektasi membaiknya pasokan gas di Eropa setelah jaringan pipa Nord Stream 1 beroperasi kembali. Seperti diketahui, jaringan gas milik perusahaan Rusia Gazprom diperbaiki sejak 11 Juli dan selesai Kamis lalu (21/7/2022).
Kendati sudah beroperasi, tetapi pasokan gas belum pulih 100%. “Masih ada 60% kapasitas yang belum kembali dan kondisi politik masih tidak stabil. Kami belum bisa mengatakan jika semua persoalan ini suda benar-benar tuntas,” tutur Presiden Federal Network Agency (FNA) Jerman Klaus Mueller, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)